CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 24 Desember 2009

9 langkah sukses kaum entrepreneur

9 Langkah Sukses Kaum Entrepreneur

Para Entrepreneur, dalam memulai dan membangun kesuksesan bisnis, entah itu bisnis percetakan atau wirausaha lainnya yang sesuai dengan ide bisnis dan ketrampilannya, ternyata riset bisnis telah banyak menyimpulkan faktor-faktor keberhasilan para entreprenuer sukses dalam meniti karier usaha mandirinya dalam beberapa langkah.

Berikut ini 9 langkah sukses yang umumnya dimiliki oleh kaum entrepreneur alias pengusaha dalam memulai langkah usaha bisnisnya:

1. Milikilah Mentor

Jangan memulai sesuatu dari NOL, carilah, temukan dan idamkanlah seorang mentor bisnis untuk motivasi usaha bisnis anda. Sudah banyak pengusaha sukses alias entrepreneur yang melakukan kesalahan-kesalahan yang amat mahal, belajarlah dari mereka agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebab KESALAHAN harganya sangat MAHAL. Anggap saja kesalahan yang pernah anda alami adalah uang kuliah sekolah bisnis di alam nyata.

Contohnya, bila kita ingin memulai bisnis promotor pertunjukan musik, coba belajarlah terlebih dahulu dari entrepreneur yang sudah sukses seperti Adri Subono (Java Musikindo) atau Peter Basuki (Buena Production). Jika ingin tahu lebih mendalam tentang bisnis percetakan online, berkunjung saja kesini. Bila kita ingin memulai bisnis restoran mungkin orang yang tepat adalah Rene S. Canoneo (Segarra), bila ingin berbisnis kaos oblong kita bisa berguru ke Pak Wiwied (C59). Kita mungkin bisa mendatangi seminar mereka atau langsung saja bertandang ke kantor mereka atau jika kesulitan bertemu dengan mereka, browsing saja di Google...

Entrepreneur yang sudah sukses seperti mereka, justru merupakan orang-orang yang ramah dan rendah hati. Mentor bisnis yang baik akan sangat senang mendengar ide-ide kita. Mereka akan membimbing kita menuju kesuksesan dengan lebih cepat.

2. Buat 3 panggilan

Jangan biarkan ide bisnis yang bagus terlewat begitu saja. Selalu catat ide bisnis Anda! Mulailah dari apa yang kita sukai, mungkin ada 3 pertanyaan basic yang perlu kita jawab sebelum membuka usaha bisnis sendiri:

> saya suka apa? > saya bisa apa? > saya mau apa?

Buatlah minimal 3 panggilan motivasi dengan orang-orang yang mungkin menyukai ide bisnis kita. Bertemulah dengan mereka, jangan pernah takut ide kita dicuri! Ide bisnis yang baik dan orisinal adalah sebuah ide yang HANYA dan HANYA KITA yang mampu menjalankannya dengan sukses...

Inilah yang dilakukan entrepreneur sekelas Pak Ciputra ketika ia barus lulus S1 dan memiliki ide bisnis mengenai taman bermain di Ancol. Beliau bertemu dengan Gubernur Jakarta dan menceritakan idenya dengan semangat."Entrepreneur itu harus bisa mengubah sampah menjadi berlian...", kata beliau...Tanah tandus yang tidak ada harganya kini berubah menjadi kawasan elite..Kini terbukti dari sekian banyak pengusaha properti di Indonesia, HANYA dan HANYA Pak Ciputra yang begitu sukses memiliki real estate nomor satu di Vietnam dan berbagai kota besar di Asia...

Pantaslah bila beliau menyabet Entrepreneur of The Year 2007 dari Ernst & Young.

3. Jangan pernah berasumsi

Asumsi adalah induk kegagalan. Jangan pernah berasumsi bahwa kita terlalu muda untuk memulai bisnis atau kita terlalu "kecil" untuk bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha "besar". Kita tidak akan pernah kelihatan "kecil" apabila mau terus belajar dan berkembang!

4. Simpan 10% profit anda

Bisnis memiliki masa-masa naik dan masa-masa turun. Selalu berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk adalah hal yang bijaksana. Sisihkanlah 10% dari profit untuk kejadian-kejadian tak terduga.

5. Ketahuilah mengapa kita terjun ke bisnis tersebut

Semua orang memiliki mimpi. Tulislah mimpi tersebut agar kita tetap ingat akan mimpi-mimpi kita sebelum kita mengaktualisasikan ide bisnis lalu mendirikan usaha bisnis. Memiliki impian yang tinggi akan membuat api itu terus menyala di kala usaha bisnis kita mengalami masa-masa yang sulit.

6. Jadilah brilian di area sales & marketing

Sales dan marketing adalah dua ujung tombak pemasukan bisnis kita. Belajarlah terus dari buku-buku maupun seminar-seminar karena tanpa sales & marketing yang baik bisnis kita tidak mungkin akan bertahan.

7. Jangan bekerja untuk uang

Bekerjalah bukan untuk uang namun untuk melayani orang lain. Bapak Dahlan Iskan (Entrepreneur Jawa Pos Group) yang baru sukses melakukan pencangkokan lever karena kanker lever kini seperti memiliki hidup yang kedua, ia berpesan bahwa kebahagiaan sejati seorang entrepreneur didapat bukan dari banyaknya uang yang dia terima, melainkan dari seberapa banyak orang yang menjadi lebih bahagia dan lebih mudah hidupnya karena menggunakan produk/jasa kita.Hidup yang berguna adalah hidup untuk melayani orang lain... Sungguh, itulah kemuliaan seorang entrepreneur!

8. Jadilah orang terbodoh di perusahaan Anda

Kelilingilah diri Anda dengan orang-orang brilian. Orang-orang yang memiliki passion dan drive. Rekrutlah orang-orang bermutu, bekerjasamalah dengan orang-orang terbaik.Pak Teddy Rahmat (mantan CEO Astra) pernah berpesan bahwa investasi gaji di SDM tidaklah mahal. Yang mahal itu hanya 2 hal: KESALAHAN dan LOST OPPORTUNITY! Tak heran bila Astra International selalu menjadi perusahaan idaman para pencari kerja selama 3 tahun berturut-turut. Itulah kiat CEO yang berindak sebagai entrepreneur...

9. Belajarlah terlebih dahulu

Bekerjalah di perusahaan orang lain terlebih dahulu sebelum mendirikan usaha bisnis Anda. Semua bisnis apabila dilihat dari luar kelihatan begitu menggiurkan untuk dijalankan, namun mungkin kita akan menemukan bahwa kita membenci industri tersebut setelah kita berada di dalamnya. Entrepreneur pemula harus banyak makan garam dan pengalaman dari berbagai lintas bisnis.

Nah, sudahkah anda memiliki motivasi entrepreneur sukses tersebut untuk anda aktualisasikan dalam bisnis percetakan yang anda jalani? Saya yakin anda semua ingin cepat sukses. So, tunggu apalagi, segeralah ACTION-kan ide bisnis anda...!!!

Kamis, 25 Juni 2009

Security POM menjadi kaya setelah bersedekah

Kisah Ust Yusuf Mansyur dan Security POM - Ardiz Tarakan

Kisah Ust Yusuf Mansyur dan Security POM

Satu hari saya jalan melintas di satu daerah.. Tetidur di dalam mobil. Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir saya: "Nanti di depan ke kiri ya".
"Masih banyak, Pak Ustadz".

Saya paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan. Saya pengen pipis.

Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti. "PakUstadz!". Dari jauh ia melambai dan mendekati saya. Saya menghentikan langkah. Menunggu beliau. "Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja...". Saya senyum aja. Ga ke-geeran, insya Allah, he he he.

"Saya ke toilet dulu ya".

"Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?"

"Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?"

"Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz".

Sejurus kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang "berhentiin" saya. Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu pom bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali "target operasi" dakwah hari
ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya.

Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, "Ok, ntar habis dari toilet ya".
*******

"Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?", tanya saya membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.

"Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?"

"Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya gitu-gitu aja, ya emang udah begitu. Distel kayak apa juga, agak susah buat ngerubahnya".

"Wah, ustadz langsung nembak aja nih".

Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah. Tapi umumnya begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama Allah ga mau mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi ibadah dari dulu ya begitu-begitu saja. "Udah shalat ashar?"

"Barusan Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya ga? Ya saya pikir sama saja".

"Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karen a situ pikir kerja situ adalah juga ibadah?" Sekuriti itu senyum aja.

Disebut jujur mengatakan itu, bisa ya bisa tidak. Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap kerjaannya ibadah, tapi bisa juga ga. Cuma sebatas omongan doangan. Lagian, kalo nganggap kerjaan-kerjaan kita ibadah, apa yang kita lakukan di dunia ini juga ibadah, kalau kita niatkan sebagai ibadah. Tapi, itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau ibadah wajibnya, tetap nomor satu. Kalau ibadah wajibnya nomor tujuh belas, ya disebut bohong dah tuh kerjaan adalah ibadah. Misalnya lagi, kita niatkan usaha kita sebagai ibadah, boleh ga? Bagus malah. Bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita menerima tamu sementara Allah datang. Artinya kita menerima tamu pas waktu shalat datang, dan kemudian kita abaikan shalat, kita abaikan Allah, maka yang demikian masihkah pantas disebut usaha kita adalah ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil kerjaan dan hasil usaha, buat Allah nya lebih sedikit ketimbang buat kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya perlu dipikirin lagi tuh
sebutan-sebutan ibadah.

"Disebut barusan itu maksudnya jam setengah limaan ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini", saya mengejar.

"Ya, kurang lebih dah".

Saya mengingat diri saya dulu yang dikoreksi oleh seorang faqih, seorang 'alim, bahwa shalat itu kudu tepat waktu. Di awal waktu. Tiada disebut perhatian sama Yang Memberi Rizki bila shalatnya tidak tepat waktu. Aqimish shalaata lidzikrii, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Entar-entaran. Itu kan jadi sama saja dengan mengentar-entarkan mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan sekuriti yang entahlah saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.

"Gini ya Kang. Kalo situ shalatnya jam setengah lima , memang untuk mengejar ketertinggalan dunia saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu setengah jam andai ashar ini kayak sekarang, jam tiga kurang dikit. Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan kita tuh? 5x satu setengah jam, lalu dikali sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikali
lagi sekian tahun kita telat. Itu baru telat saja, belum kalo ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih bahayanya lagi kalau bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja mestinya kita dari
senang".

Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, percakapan ini kurang lebih begitu. Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin. Dari raut mukanya, nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara ya? He he he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini kudu nanya paham apa engga sama lawan bicara? Saya katakan pada dia. Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat shalatnya, maka kawan-kawan selitingnya mah udah di mana, dia masih seperti diam di tempat. Bila seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang buka usaha, sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya, bisa jadi sebab ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.

Dan saya mengingatkan kepada peserta KuliahOnline untuk tidak menggunakan mata telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu yang rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa diurai satu satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian.

Kembali kepada si sekuriti, saya tanya, "Terus, mau berubah?"

"Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalo ga serius?"

"Ya udah, deketin Allah dah. Ngebut ke Allah nya".

"Ngebut gimana?"

"Satu, benahin shalatnya. Jangan setengah lima -an lagi shalat asharnya. Pantangan telat. Buru tuh rizki dengan kita yang datang menjemput Allah. Jangan sampe keduluan Allah".

Si sekuriti mengaku mengerti, bahwa maksudnya, sebelum azan udah standby di atas sajadah. Kita ini pengen rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang Bagi-bagiin rizki. Contohnya ya pekerja-pekerja di tanah air ini.. Kan aneh. Dia pada kerja supaya dapat gaji. Dan gaji itu rizki. Tapi giliran
Allah memanggil, sedang Allah lah Tuhan yang sejatinya menjadikan seseorang bekerja, malah kelakuannya seperti ga menghargai Allah. Nemuin klien, rapih, wangi, dan persiapannya masya Allah. Eh, giliran ketemu Allah, amit-amit pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak segan-segan menunjukkan wajah dan fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal sama Allah.

"Yang kedua," saya teruskan. "Yang kedua, keluarin sedekahnya".

Saya inget betul. Sekuriti itu tertawa. "Pak Ustadz, pegimana mau sedekah, hari gini aja nih, udah pada habis belanjaan. Hutang di warung juga terpaksa dibuka lagi,. Alias udah mulai ngambil dulu bayar belakangan".

"Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan beban. Emang gajinya berapa?"

"Satu koma tujuh, Pak ustadz".

"Wuah, itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering sebut orang kecil, itu udah gede".

"Yah, pan kudu bayar motor, bayar kontrakan, bayar susu anak, bayar ini bayar itu. Emang ga cukup Pak ustadz".

"Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?"

"Kerjanya sih udah tujuh taon. Tapi gede gaji bukan karena udah lama kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz".

"Koq bisa?"

"Ya, sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu sampe ketemu angka 1,7jt".

"Terus, kenapa masih kurang?"

"Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak".

"Secara dunianya, lepas aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan ga perlu?"

"Pengen kayak orang-orang Pak Ustadz".

"Ya susah kalo begitu mah. Pengen kayak orang-orang, motornya. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot".

Sekuriti ini nyengir. Emang ini motor kalo dilepas, dia punya 900 ribu. Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Ga jelas tuh darimana dia nutupin kebutuhan dia yang lain.

Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air dan listrik. Kalo ngelihat keuangan model begini, ya nombok dah jadinya.

"Ya udah, udah keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?"

"Mau Ustadz. Saya benahin dah".

"Bareng sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sendal, lakukan berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin.. Ikutan semuanya ngebenahin shalat".

"Siap ustadz".

"Tapi sedekahnya tetap kudu loh".

"Yah Ustadz. Kan saya udah bilang, ga ada".

"Sedekahin aja motornya. Kalo engga apa keq".

"Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang ini motor. Susah lagi belinya. Tabungan juga ga ada. Emas juga ga punya".

Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi saya akan cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin shalatnya saja, tapi sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu akan muncul. Setidaknya menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah berkehendak lain. Ya lain soal itu mah.

Sebentar kemudian saya bilang sama ini sekuriti, "Kang, kalo saya unjukin bahwa situ bisa sedekah, yang besar lagi sedekahnya, situ mau percaya?". Si sekuriti mengangguk. "Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau ngejalanin?". Sekuriti ini ngangguk lagi. "Selama saya bisa, saya akan jalanin," katanya, manteb.

"Gajian bulan depan masih ada ga?"

"Masih. Kan belum bisa diambil?"

"Bisa. Dicoba dulu".

"Entar bulan depan saya hidup pegimana?"

"Yakin ga sama Allah?"

"Yakin".

"Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake kalau".

Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon. Untuk sedekah. Sedapetnya. Tapi usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran sedekahnya. Sehingga perubahannya berasa. Dia janji akan ngebenahin mati-matian shalatnya. Trmasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat hajatnya, shalat dhuha dan tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di waktu senggang untuk baca al Qur'an. Perasaan udah lama banget dia emang ga lari kepada Allah. Shalat Jum'at aja nunggu komat, sebab dia sekuriti. Wah, susah dah. Dan itu dia aminin. Itulah barangkali yang sudah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi sekuriti sekian tahun, padahal dia Sarjana Akuntansi!

Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantesan juga dia ga betah dengan posisinya sebagai sekuriti. Ga kena di hati. Ga sesuai sama rencana. Tapi ya begitu dah hidup.. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Yang penting kerja dan ada gajinya.

Bagi saya sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan. Asal keinginan itu keinginan yang diperbolehkan, masih dalam batas-batas wajar. Dan ga apa-apa juga memimpikan sesuatu yang belom kesampaian sama kita. Asal apa? Asal kita barengin dengan peningkatan ibadah kita. Kayak sekarang
ini, biarin aja harga barang pada naik. Ga usah kuatir. Ancem aja diri, agar mau menambah ibadah-ibadahnya. Jangan malah berleha-leha. Akhirnya hidup kemakan dengan tingginya harga,. Ga kebagian.
*******

Sekuriti ini kemudian maju ke atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat apa? Dia nyengir ga jawab. Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol. Satu koma tujuh. Semuanya.

"Mana bisa?" kata komandannya.

"Ya Pak, saya kan ga pernah kasbon. Ga pernah berani. Baru ini saya berani".

Komandannya terus mengejar, buat apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini jawab dengan menceritakan pertemuannya dengan saya.

Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk ketemu langsung sama ownernya ini pom bensin.. Katanya, kalau pake jalur formal, dapet kasbonan 30% aja belum tentu lolos cepet. Alhamdulillah, bos besarnya menyetujui. Sebab komandannya ini ikutan merayu, "Buat sedekah katanya Pak", begitu kata komandannya.

Subhaanallaah, satu pom bensin itu menyaksikan perubahan ini. Sebab cerita si sekuriti ini sama komandannya, yang merupakan kisah pertemuannya dengan saya, menjadi kisah yang dinanti the end story nya. Termasuk dinanti oleh bos nya.

"Kita coba lihat, berubah ga tuh si sekuriti nasibnya", begitu lah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.

Hari demi hari, sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul shalatnya. Tepat waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah sunnahnya. Bos nya yang mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat
kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si sekuriti ga mengurangi kedisiplinan kerjaannya..

Malah tambah cerah muka nya.

Sekuriti ini mengaku dia cerah, sebab dia menunggu janjinya Allah. Dan dia tahu janji Allah pastilah datang. Begitu katanya, menantang ledekan kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin shalat dan sedekah, asal dengan catatan dia berhasil dulu.

Saya ketawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya demen ama yang begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam. Dan barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti. Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah pasti tidak akan mempermalukannya juga, sebagaimana Allah tidak akan mempermalukan si sekuriti.

Suatu hari bos nya pernah berkata, "Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga kasbon saja, berarti dia berhasil. Tapi kalo dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa sedekah 1 bulan gaji di depan yang diambil di muka, kalau kemudian kas bon. Percuma".

Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini ga kasbon.

Berhasil kah?

Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi, tidak kasbonnya dia ini, sebab kata mereka barangkali aman sebab jual motor. Bukan dari keajaiban mendekati Allah.

Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si sekuriti ini sesuatu urusan yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya.

"Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan loh. Yang lain bakalan gajian. Sedang situ kan udah diambil bulan kemaren".

Sekuriti ini bilang tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo ampe pertengahan bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar bikin bengong orang pada.

Sebab apa? Sebab kata si sekuriti, pasca dia benahin shalatnya, dan dia sedekah besar yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya, yakni hidupnya di bulan depan yang dia pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di kampung, ada transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya ga trlibat secara fisik. Sekedar memediasi saja lewat sms ke pembeli dan penjual. Katanya, dari transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat. Bahkan lebih. Dia sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya
komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi begitu cepat. Sampe-sampe bulan kemaren juga belum selesai. Masih tanggalan bulan kemaren, belum berganti bulan.

Kata si sekuriti, sadar kekuatannya ampe kayak gitu, akhirnya dia malu sama Allah. Motornya yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya melek-melek buat sedekah. Tuh motor dia pake buat ngeberangkatin satu-satunya ibunya yang masih hidup. Subhaanallaah kan ? Itu jual motor, kurang. Sebab itu motor dijual cepat harganya ga nyampe 13 juta. Tapi dia tambahin 12 juta dari 17jt uang cash yang dia punya. Sehingga ibunya punya 25 juta. Tambahannya dari simpenan ibunya sendiri.

Si sekuriti masih bercerita, bahwa dia merasa aman dengan uang 5 juta lebihan transaksi. Dan dia merasa ga perlu lagi motor. Dengan uang ini, ia aman. Ga perlu kasbon.

Mendadak si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua karyawannya, dan menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini.

Apakah cukup sampe di situ perubahan yang trjadi pada diri si sekuriti?

Engga. Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain, dan dijadikan staff keuangan di sana . Masya Allah, masya Allah, masya Allah. Berubah, berubah, berubah.

Saudara-saudaraku sekalian.. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan! Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini dipake sama dia, dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya.

Subhaanallaah, masya Allah.

Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia. Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar.

Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisa kah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja.
Sebab kenyataannya juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta KuliahOnline saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini. Sebagiannya memilih diam saja, dan sebagiannya lagi memilih menceritakan ini kepada satu dua orang saja, dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh. Dan memang bukan apa-apa, ketika sudah dipublish, memang tidak gampang buat seseorang menempatkan dirinya untuk menjadi contoh.

Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini mengisnpirasikan kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah ini. Kita ngebut sengebut2nya menuju Allah. Yang merasa dosanya banyak, sudah, jangan terus-terusan meratapi dosanya. Kejar saja ampunan Allah dengan memperbanyak taubat dan istighfar, lalu mengejarnya dengan amal saleh. Persis seeperti yang kemaren-kemaren juga dijadikan statement esai penutup.

Kepada Allah semua kebenaran dan niat dikembalikan. Salam saya buat keluarga dan kawan-kawan di sekeliling saudara semua. Saya merapihkan tulisan ini di halaman parkir rumah sakit Harapan Kita.. Masih di dalam mobil. Sambil menunggu dunia terang. Insya Allah hari ini bayi saya, Muhammad Yusuf al Haafidz akan pulang ke rumah untuk yang pertama kalinya. Terima kasih banyak atas doa-doanya dan perhatiannya. Mudah-mudahan allah membalas amal baik saudara semua.

Dari semalam saya tulis esai ini. Tapi rampungnya sedikit sedikit. Ini juga tadinya bukan esai sekuriti ini yang mau saya jadikan tulisan. Tapi ya Allah jugalah yang menggerakkan tangan ini menulis.

Semalam, file yang dibuka adalah tentang langkah konkrit untuk berubah. Lalu saya lampirkan kalimat pendahuluan. Siapa sangka, kalimat pendahuluan ini saja sudah 10 halaman, hampipr 11 halaman. Saya pikir, esai ini saja sudah kepanjangan. Jadi, ya sampe ketemu dah di esai berikutnya. Saya berhutang banyak kepada saudara semua.. Di antaranya, saya jadi ikut belajar.

Semalam saya ikutan tarawih di pesantren Daarul Qur'an internasional. Sebuah pesantren yang dikemas secara modern dan internasional. Tapi tarawihnya dijejek 1 juz sekali tarawih. Masya Allah, semua yang terlibat, terlihat menikmati. Ga makmumnya, ga imam-imamnya, ga para tamu dan wali santri yang ikut. Semua menikmati. Jika ada di antara peserta KuliahOnline yang pengen ikutan tarawih 1 juz ini, silahkan datang saja langsung ya. Insya Allah saya usahakan ada. Sebab saya juga kebagian menjadi salah satu imam jaganya. Ya, kondisi-kondisi begini yang saya demen. Saya kurangin jadwal, tapi masih tetep bisa ngajar lewat KuliahOnline ini. Dan saya masih sempet mengkader ustadz-ustadz muda untuk diperjalankan ke seantero negeri. Sementara saya akhirnya bisa mendampingi para santri dan guru-guru memimpin dan mengembangkan pesantren Daarul Qur'an ini.

Ok, kelihatannya matahari sudah mulai kelihatan. Saya baru pulang juga langsung dari TPI. Siaran langsung jam 5 ba'da shubuh tadi. Istri saya meluncurnya dari rumah. Doakan keluarga kami ya. Saya juga tiada henti mendoakan saudara dan jamaah semua... (Ust. YUSUF MANSUR).

Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Sabtu, 03 Januari 2009

Kalau sudah besar anda mau jadi apa......? entrepreneur? atau investor?






Saudaraku para entrepreneur sukses tidak ada salahnya anda membaca artikel ini. Karena dengan membacanya anda akan semakin gigih dan kuat untuk betul-betul menjadi entrepreneur sukses. Selamat membaca...! Salam sukses dari founder install-hatiikhlas.

Merencanakan Ekonomi cara Robert T.Kiyosaki

Pada tahun 1985, Robert T. Kiyosaki dan Kim, istrinya, tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka tak punya pekerjaan dan hanya punya sedikit sisa tabungan. Kartu kredit mereka sudah melampaui batas pengambilan, dan mereka hidup di dalam sebuah Toyota cokelat usang dengan kursi reclining yang berfungsi sebagai tempat tidur. Kadang-kadang mereka melakukan pekerjaan serabutan dan mendapat beberapa dolar di sana sini. Pada saat itu mereka diliputi keraguan yang dalam. Gagasan sebuah pekerjaan yang aman dan menjamin dengan slip gaji bulanan terasa sangat menggoda. Tapi karena keamanan kerja bukanlah yang mereka cari, mereka terus berjuang. Hidup dari hari ke hari, di tepi jurang kehancuran finansial.

Tahun itu, 1985, adalah tahun terburuk dalam hidup mereka, sekaligus yang terpanjang. Siapa pun yang mengatakan bahwa uang tidak penting sudah jelas tak pernah merasakan tidak punya uang dalam waktu lama. Mereka tahu, mereka selalu bisa mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi yang aman dan menjamin. Mereka sama-sama lulusan perguruan tinggi dengan ketrampilan bekerja yang bagus dan etos kerja yang kuat. Tapi mereka tidak mencari keamanan pekerjaan. Mereka mencari kebebasan finansial.

Pada tahun 1989 mereka sudah menjadi jutawan. Meskipun tampak berhasil secara finansial di mata orang-orang, saat itu mereka tetap belum mencapai impian mereka. Mereka belum meraih kebebasan finansial yang sejati. Masih diperlukan waktu sampai tahun 1994. Saat itulah mereka sudah tidak perlu lagi bekerja seumur hidup mereka. Mereka berdua sudah memperoleh kebebasan finansial. Robert berumur 47, Kim 37.

Sering sekali kita mendengar orang berkata, “Dibutuhkan uang untuk menghasilkan uang.”

Robert tidak sependapat. Dari kondisi tuna wisma di tahun 1985 hingga menjadi jutawan di tahun 1989 dan kemudian mencapai kebebasan finansial di tahun 1994, mereka tidak membutuhkan uang. Mereka tidak mempunyai uang ketika memulainya, bahkan mereka memiliki utang.

Juga tidak dibutuhkan pendidikan formal yang tinggi. Robert punya ijazah perguruan tinggi, dan sejujurnya ia mengatakan bahwa mencapai kebebasan finansial tidak ada hubungannya dengan apa yang dipelajari di perguruan tinggi. Banyak orang sukses meninggalkan bangku sekolah tanpa memperoleh ijazah perguruan tinggi. Orang-orang seperti Thomas Edison, pendiri General Electric; Henry Ford, pendiri Ford Motor Co.; Bill Gates, pendiri Microsoft; Ted Turner, pendiri CNN; Michael Dell, pendiri Dell Computers; Steve Jobs, pendiri Apple Computer; dan Ralp Lauren, pendiri Polo. Pendidikan perguruan tinggi penting untuk profesi tradisional, tapi tidak bagi cara orang-orang ini mendapatkan kekayaan besar. Mereka mengembangkan bisnis mereka sendiri yang berhasil. Dan itulah yang dulu diupayakan Robert dan Kim dengan susah payah.

Jadi, apa yang dibutuhkan?

Mind Your Business with Financial Intelligence

Apakah Anda selama ini bekerja keras dan membuat orang lain kaya? Sejak kecil kebanyakan orang diprogram untuk mengurus bisnis orang lain dan membuat orang lain kaya. Hal ini diawali tanpa sadar dengan kata-kata nasihat sebagai berikut:

1. “Kau harus bersekolah dan mendapat nilai bagus supaya bisa mempunyai pekerjaan yang aman dan menjamin dengan gaji tinggi serta tunjangan yang bagus.”

2. “Kau harus bekerja keras supaya bisa membeli rumah impianmu, karena rumahmu adalah aset dan investasimu yang paling berharga.”

3. “Hipotek menguntungkan kita karena pemerintah memberikan pemotongan pajak untuk pembayaran bunganya.”

4. “Beli sekarang, bayar belakangan,” atau “Uang muka kecil, angsuran bulanan ringan,” atau “Silakan masuk dan menabung.”

Orang yang begitu saja mengikuti kata-kata nasihat itu sering menjadi:

1. Pegawai, membuat atasan dan pemilik perusahaan kaya.

2. Debitor, membuat bank dan kreditor kaya.

3. Pembayar pajak, membuat pemerintah kaya.

4. Konsumen, membuat banyak bisnis lain kaya.

Bukannya mencari jalur cepat finansial mereka sendiri, mereka membantu orang lain menemukan jalur cepat finansial mereka. Bukannya mengurus bisnis mereka sendiri, mereka bekerja keras seumur hidup mengurus bisnis orang lain.

CASHFLOW Quadrant

Menurut Robert Kiyosaki dalam bukunya “CASHFLOW Quadrant”, ada empat kuadran yang mungkin menjadi sumber penghasilan seseorang.

Diagram ini adalah CASHFLOW Quadrant.

Huruf dalam masing-masing kuadran mewakili:

E untuk employee (pegawai)

S untuk self-employed (pekerja lepas)

B untuk business owner (pemilik usaha)

I untuk investor (penanam modal)

CASHFLOW Quadrant mewakili berbagai metode yang berlainan untuk mendapatkan uang atau penghasilan. Sebagai contoh, seorang “E” mendapat uang dengan bekerja untuk orang lain atau perusahaan. Orang-orang “S” mendapat uang dengan bekerja untuk diri sendiri. Seorang “B” memiliki usaha yang menghasilkan uang, dan “I” mendapatkan uangnya dari berbagai investasi mereka – dengan kata lain, uang menghasilkan uang yang lebih banyak.

Seorang “E” (pegawai) bisa merupakan presiden direktur perusahaan atau tukang sapu perusahaan. Yang terpenting bukanlah apa yang mereka lakukan, tapi perjanjian mengikat yang mereka miliki dengan orang atau organisasi yang mempekerjakan mereka.

Dalam kelompok “S” (pekerja lepas) kita menemukan “profesional” berpendidikan tinggi yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di bangku sekolah, seperti misalnya dokter, pengacara, dan akuntan. Juga dalam kelompok ini terdapat orang-orang yang mengambil jalur pendidikan di luar, atau di samping, aliran tradisional. Kelompok ini meliputi wiraniaga dan pemilik bisnis kecil seperti pemilik toko eceran, pemilik restoran, kontraktor, konsultan, ahli terapi, agen perjalanan, montir mobil, tukang ledeng, tukang kayu, pengkhotbah, tukang listrik, penata rambut, dan artis.

Seorang “B” nyaris merupakan lawan dari “S.” Mereka senang mengitari diri mereka dengan orang-orang pandai dari keempat kategori. Tidak seperti “S” yang tak suka mendelegasikan pekerjaan (karena menganggap tidak ada yang bisa melakukannya dengan lebih baik), seorang “B” sejati suka mendelegasikan pekerjaan.

Perbedaan utama antara “S” dan “B” adalah, seorang “S” memiliki sebuah pekerjaan sedangkan seorang “B” memiliki sebuah sistem dan kemudian menyewa orang-orang yang berkompeten untuk menjalankan sistem itu. Atau dengan cara lain bisa dikatakan, dalam banyak kasus “S” adalah sistemnya. Itu sebabnya mereka tidak bisa pergi meninggalkan bisnisnya untuk waktu yang lama.

Sebaliknya, mereka yang merupakan “B” sejati bisa meninggalkan usaha mereka selama satu tahun atau lebih, dan pada saat kembali menemukan bisnis mereka lebih menguntungkan serta berjalan lebih baik dibanding ketika mereka tinggalkan. Dalam bisnis jenis “S” murni, jika sang “S” pergi selama satu tahun atau lebih, kemungkinan besar takkan ada bisnis yang tersisa ketika mereka kembali.

Pemilik bisnis “B” bisa berlibur selamanya karena mereka memiliki sebuah sistem, bukan sebuah pekerjaan. Jika “B” sedang berlibur, uangnya masih mengalir masuk. Sangat banyak orang yang bisa membuat burger lebih enak dari McDonald’s, tapi hanya McDonald’s yang mempunyai sistem yang telah menyajikan miliaran burger. Bill Gates dari Microsoft tidak membuat produk hebat. Ia membeli produk orang lain dan membangun sistem global yang canggih di sekitarnya.

“I” (investor) membuat uang dengan uang. Mereka tak perlu bekerja karena uang mereka bekerja untuk mereka. Kuadran “I” adalah arena bermain golongan kaya. Di kuadran manapun orang menghasilkan uang, jika berharap suatu hari akan kaya, mereka pada akhirnya harus memasuki kuadran “I”. Di dalam kuadran “I” inilah uang diubah menjadi kekayaan.

Itulah CASHFLOW Quadrant, yang sebenarnya hanya memaparkan perbedaan tentang cara memproleh penghasilan, entah itu sebagai “E” (pegawai), “S” (pekerja lepas), “B” (pemilik usaha), atau “I” (penanam modal).

Perbedaan pokok keempat kuadran itu terangkum di bawah ini:

E : Anda adalah pegawai yang bekerja untuk orang lain atau perusahaan.

S : Anda memiliki pekerjaan dan Anda terikat dengan pekerjaan itu.

B : Anda memiliki sistem dan orang lain bekerja untuk Anda.

I : Uang bekerja untuk Anda.

MEMILIH KUADRAN ANDA

Sebagian besar dari kita pernah mendengar bahwa rahasia memperoleh kekayaan besar adalah:

1. OPT – Other People’s Time (Waktu Orang Lain).

2. OPM – Other People’s Money (Uang Orang Lain).

OPT dan OPM ditemukan di sisi kanan Quadrant. Kebanyakan orang yang bekerja di sisi kiri Quadrant adalah OP (Other People) yang waktu dan uangnya dipergunakan oleh mereka yang berada di sisi kanan Quadrant. Di sisi kiri, para “E” dan “S” mungkin memiliki keamanan pekerjaan. Tapi, hanya dengan menjadi “B” atau “I” di sisi kanan Quadrant-lah Anda akan meraih kemanan dan kemudian kebebasan finansial.

Dengan memilih bisnis jenis “B”, bukannya bisnis jenis “S”, Anda akan memperoleh keuntungan jangka panjang menggunakan “waktu orang lain”. Salah satu kelemahan menjadi “S” yang berhasil adalah: keberhasilan itu berarti harus bekerja lebih keras. Dengan kata lain, pekerjaan yang bagus menghasilkan kerja yang lebih keras dan jam kerja yang lebih panjang.

Dalam merancang bisnis di sisi kanan Quadrant, sukses berarti meningkatkan sistem dan melibatkan lebih banyak orang. Dengan kata lain, kita bekerja lebih sedikit, menghasilkan uang lebih banyak, dan menikmati lebih banyak waktu luang.

Di seluruh Quadrant dibutuhkan kecerdasan finansial. Jika ingin beroperasi di sisi kanan Quadrant, yaitu sisi “B” dan “I”, Anda harus lebih pandai daripada jika memilih diam di sisi kiri Quadrant sebagai “E” dan “S”. Untuk menjadi “B” atau “I”, Anda harus bisa mengendalikan ke arah mana cash flow Anda mengalir.

KEKAYAAN DAN CASH FLOW

Robert Kiyosaki mendefinisikan kekayaan sebagai: “Jumlah hari di mana Anda bisa bertahan tanpa bekerja secara fisik (atau tanpa siapa pun dalam keluarga Anda bekerja secara fisik) dan tetap mempertahankan tingkat kehidupan Anda.”

Sebagai contoh: Jika pengeluaran Anda adalah Rp. 1.000.000,- per bulan, dan jika Anda memiliki tabungan sebesar Rp. 3.000.000,- maka kekayaan Anda adalah sekitar 3 bulan atau 90 hari. Kekayaan diukur dalam satuan waktu, bukan uang.

Jadi, yang penting bukanlah terutama tentang berapa banyak uang yang Anda hasilkan, tapi lebih mengenai berapa banyak uang yang Anda simpan, seberapa keras uang itu bekerja untuk Anda, dan berapa banyak generasi yang bisa Anda hidupi dengan uang itu. Itulah yang disebut kecerdasan finansial.

Beberapa tahun lalu, sebuah artikel menuliskan bahwa sebagian besar orang kaya menerima 70% penghasilan mereka dari investasi, atau dari kuadran “I”, dan kurang dari 30%-nya dari gaji, atau dari kuadran “E”. Dan jika bekerja sebagai “E”, maka kemungkinan besar mereka adalah pegawai perusahaan mereka sendiri.

Bagi kebanyakan orang lain, yaitu golongan miskin dan kelas menengah, setidaknya 80% penghasilan mereka berasal dari gaji di kuadran “E” atau “S” dan kurang dari 20% berasal dari investasi, atau dari kuadran “I”.

Banyak orang percaya bahwa hanya dengan menghasilkan lebih banyak uang, masalah finansial mereka akan selesai. Tapi, dalam banyak kasus, hal ini malah hanya menimbulkan masalah keuangan yang lebih besar. Alasan utama orang mempunyai masalah keuangan adalah karena mereka tidak pernah mendapat pelajaran tentang pengelolaan cash flow. Tanpa latihan ini mereka akhirnya mendapat masalah keuangan, lalu mereka bekerja lebih keras dengan keyakinan bahwa lebih banyak uang akan memecahkan masalah mereka.

Jadi, jika Anda ingin mengurus bisnis Anda sendiri, langkah berikut sebagai CEO bisnis hidup Anda adalah mengendalikan cash flow Anda. Jika Anda tidak melakukannya, menghasilkan lebih banyak uang takkan membuat Anda bertambah kaya… bahkan, lebih banyak uang membuat sebagian besar orang semakin miskin karena mereka sering pergi membelanjakannya dan semakin dalam terbenam utang setiap kali mendapat kenaikan gaji.

Seperti dinyatakan oleh Robert Kiyosaki dalam bukunya “Rich Dad Poor Dad,” ada tiga pola cash flow dasar. Satu untuk kelompok miskin, satu untuk kelompok kelas menengah, dan satu untuk kelompok kaya. Inilah pola cash flow untuk kelompok miskin:













Dan ini adalah pola cash flow kelas menengah:











Pola cash flow ini dianggap “normal” dan “inteligent” oleh masyarakat kita. Karena orang-orang yang mempunyai pola ini kemungkinan memiliki pekerjaan dengan bayaran tinggi, rumah bagus, mobil, dan kartu kredit.

Inilah yang disebut “impian kelas pekerja.”

Mempunyai pola cash flow kelas menengah memang normal di Era Industri, tapi hal itu bisa berbahaya di Era Informasi. Seiring dengan berkembangnya kecerdasan finansial, banyak orang yang mulai menyadari kesulitan finansial yang sedang mereka alami, meskipun masyarakat menganggap mereka “normal secara finansial.”

Ketika pemahaman itu timbul, Anda harus mulai berpikir seperti orang kaya dan bukannya seperti pekerja keras kelas menengah. Dengan mengubah pola berpikir Anda seperti pola berpikir kelompok kaya, Anda akan mulai mencari pola cash flow seperti ini:

Inilah pola pemikiran mental yang diajarkan oleh Robert Kiyosaki.

Ia tidak menyarankan Anda menjadi kecanduan pekerjaan dengan bayaran tinggi, tapi agar Anda mengembangkan pola pemikiran yang hanya terpusat pada aset dan pemasukan dalam bentuk capital gain, deviden, pemasukan uang sewa, pemasukan residual bisnis, dan royalti atau passive income.

Bagi Anda yang ingin berhasil di Era Informasi, semakin cepat mulai mengembangkan kecerdasan finansial serta emosional untuk berpikir dalam pola ini, semakin cepat Anda akan merasa lebih aman secara finansial dan menemukan kebebasan finansial. Dalam dunia di mana terdapat semakin sedikit keamanan pekerjaan, pola cash flow ini terasa lebih masuk akal. Dan untuk mencapai pola ini Anda perlu melihat dunia dari sisi “B” dan “I”, tidak hanya dari kuadran “E” dan “S” saja.

Di Era Informasi, gagasan kerja keras tidak mempunya arti yang sama dengan Era Agraria dan Era Industri. Di Era Informasi, orang yang bekerja fisik paling keras akan dibayar paling sedikit. Jadi, ungkapan “pakai otak, jangan pakai otot” maksudnya bukan memakai otak di kuadran “E” dan “S”. Yang dimaksud adalah memakai otak di kuadran “B” dan “I”. Itulah pola berpikir Era Informasi, yang membuat kecerdasan finansial dan emosional sangat penting saat ini seperti halnya di masa depan.

MENUJU KEBEBASAN FINANSIAL

Pajak dan utang adalah dua alasan utama kebanyakan orang tidak pernah merasa aman secara finansial atau tidak pernah mencapai kebebasan finansial. Jalan menuju rasa aman atau kebebasan ditemukan di sisi kanan CASHFLOW Quadrant. Anda perlu melihat ke depan melampaui keamanan pekerjaan. Sudah tiba waktunya mengetahui perbedaan antara keamanan pekerjaan, keamanan finansial dan kebebasan finansial.

Pola Keamanan Pekerjaan

Orang-orang dengan pola ini sering berprestasi baik dalam pekerjaannya. Banyak yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah, dan bertahun-tahun pengalaman di pekerjaan. Masalahnya, mereka hanya mengetahui sedikit tentang kuadran “B” dan “I”. Mereka merasa tidak aman secara finansial karena mereka telah dilatih hanya untuk memperoleh keamanan pekerjaan atau profesi.

Untuk menjadi lebih aman secara finansial, Robert menyarankan, selain melakukan pekerjaan mereka di kuadran kiri, mereka juga sebaiknya belajar tentang kuadran kanan.

Pola Keamanan Finansial

Ada dua jalan menuju keamanan finansial bagi seorang “E”:

Bukannya memasukkan uang ke dalam rekening pensiun dan berharap memperoleh yang terbaik, lingkaran ini menandakan bahwa mereka merasa yakin akan pengetahuan mereka, baik sebagai investor maupun pegawai. Seperti saat kita belajar tentang sebuah pekerjaan di sekolah, Robert menyarankan kita juga belajar untuk menjadi investor profesional.

Dan seperti inilah keamanan bagi seorang “S”:

Inilah pola yang dipaparkan dalam buku “The Millionaire Next Door”, yang ditulis oleh Thomas Stanley. Ini adalah buku yang sangat bagus.

Rata-rata jutawan Amerika merupakan pekerja lepas, hidup irit, dan melakukan investasi jangka panjang. Pola ini mencerminkan jalan hidup finansial mereka.

Jalur ini, “S” menuju “B”, sering ditempuh banyak wirausaha besar, seperti Bill Gates.

Ini bukan jalan termudah, tapi menurut Robert, ini adalah salah satu yang terbaik.

Jadi, mempunyai pengetahuan dalam lebih dari satu kuadran , khususnya satu di kiri dan satu di kanan, jauh lebih baik daripada hanya pandai di satu sisi. Ingat bahwa rata-rata orang kaya memperoleh 70% hasil dari sisi kanan dan 30% dari sisi kiri Quadrant. Dari pengamatan, tak peduli berapa banyak pun uang yang dihasilkan seseorang, mereka akan merasa lebih aman jika beroperasi di lebih satu kuadran. Keamanan finansial berarti mempunyai pijakan yang kuat di kedua sisi CASHFLOW Quadrant.

Pola Kebebasan Finansial

Inilah pola yang disarankan oleh Robert. Ini adalah jalan menuju kebebasan finansial.

Ini merupakan kebebasan finansial sejati karena dalam kuadran “B” orang-orang bekerja untuk Anda, dan dalam kuadran “I” uang bekerja untuk Anda.

Anda bebas untuk bekerja atau tidak bekerja. Pengetahuan Anda di kedua kuadran ini telah memberi Anda kebebasan fisik seutuhnya dari keharusan bekerja.

Jika Anda melihat kaum superkaya, inilah pola mereka dalam Quadrant. Lingkaran di sekitar “B” dan “I” menandakan pola pemasukan Bill Gates dari Microsoft, Rupert Murdoch dari News Corp., Warren Buffet dari Berkshire Hathaway, dan Ross Perot.

JALAN YANG DISARANKAN

Robert sering ditanyai oleh orang-orang di sisi kiri Quadrant, “Apa yang kau sarankan?” Dia menyarankan jalan seperti ini:

Jalan ini yang juga diambil orang-orang seperti Ross Perot, Bill Gates, dan lain-lain.

Robert tidak menyarankan untuk langsung memasuki kuadran “I” karena kuadran ini mensyaratkan Anda mempunyai banyak uang dan waktu luang.

Kenyataannya adalah, investasi membutuhkan pengetahuan serta modal yang banyak. Kadang dibutuhkan banyak modal dan waktu untuk memperoleh pengetahuan itu. Jika Anda tidak mempunyai pengetahuan dan modal, mencoba menjadi investor adalah tindakan bunuh diri.

Dalam banyak kasus, orang tidak mempunyai banyak waktu dan uang, jadi mereka kemudian mengajukan pertanyaan lain, “Mengapa kuadran “B” dulu?” Robert memberikan dua alasan:

1. Pengalaman dan Pendidikan. Jika pertama-tama sukses sebagai seorang “B”, Anda akan mendapat kesempatan yang lebih baik untuk berkembang menjadi seorang “I” yang kuat. Jika pertama-tama mengembangkan naluri bisnis yang mantap, Anda akan menjadi investor yang lebih baik. Investor sejati menanam modal pada “B” yang sukses dengan sistem bisnis yang stabil. Sangat beresiko untuk berinvestasi pada seorang “E” atau “S” yang tidak mengetahui perbedaan antara sebuah sistem dan sebuah produk… atau yang tidak mempunyai ketrampilan kepemimpinan yang baik.

2. Cash flow. Jika memiliki bisnis yang berjalan baik, Anda berarti mempunyai waktu luang dan uang untuk menopang fluktuasi kuadran “I”. Banyak orang dari kuadran “E-S” yang keuangannya begitu terbatas hingga mereka tidak sanggup menanggung kerugian finansial dalam bentuk apa pun. Hanya dalam satu kali ayunan pasar mereka langsung bangkrut. Banyak investor sukses kehilangan waktu, dan juga uang, sebelum mulai menang.

Dengan pertama-tama mengembangkan ketrampilan menjadi “B” yang baik, Anda juga menyiapkan uang yang dibutuhkan untuk maju menjadi investor yang baik. Bisnis yang Anda kembangkan sebagai seorang “B” akan memberi Anda uang kontan yang akan mendukung Anda ketika memperoleh pengetahuan untuk menjadi investor yang baik. Setelah memiliki pengetahuan untuk menjadi investor yang baik, Anda akan mengerti mengapa “Tidak selalu dibutuhkan uang untuk menghasilkan uang.”

Berita baiknya adalah, sekarang lebih mudah daripada dulu untuk sukses di kuadran “B”. Meski tidak semudah memperoleh pekerjaan dengan upah minimum, kini sudah terbentuk sistem bagi semakin banyak orang untuk menemukan keberhasilan finansial sebagai “B”.

CARA BELAJAR MENJADI SEORANG “B”

Saat pindah ke kuadran “B”, ingatlah bahwa tujuan Anda adalah memiliki sebuah sistem dan melibatkan orang-orang yang akan menjalankan sistem itu untuk Anda. Anda bisa mengembangkan sistem itu sendiri atau Anda bisa mencari sebuah sistem untuk dibeli. Sistem itu adalah jembatan yang akan memungkinkan Anda menyeberang dengan aman dari sisi kiri ke sisi kanan CASHFLOW Quadrant… jembatan Anda menuju kebebasan finansial.

Ada tiga jenis utama sistem bisnis yang umum dipakai saat ini, yaitu:

1. Perusahaan tradisional jenis C(Corporate) – di mana Anda mengembangkan sistem Anda sendiri.

2. Bisnis waralaba (franchise) – di mana Anda membeli sebuah sistem yang sudah ada.

3. Network marketing (pemasaran jaringan) – di mana Anda membeli dan menjadi bagian sebuah sistem yang sudah ada.

Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, namun semua akhirnya melakukan hal yang sama. Jika dioperasikan dengan benar, masing-masing sistem akan memberikan aliran pemasukan yang teratur tanpa terlalu banyak upaya fisik dari pihak pemilik… setelah berjalan. Masalahnya adalah bagaimana cara menjalankannya.

Cara Robert belajar menjadi seorang “B” adalah dengan magang. Dan seperti itulah cara banyak orang belajar. Cara itu disebut “on-the-job training.” Dengan cara inilah banyak kerajaan bisnis keluarga yang tertutup rapat diwariskan dari generasi ke generasi.

Masalahnya, tidak banyak orang yang bisa, atau cukup beruntung untuk mempelajari aspek “di balik layar” untuk menjadi seorang “B”. Kebanyakan program pelatihan manajemen korporat hanya sebatas itu – perusahaan hanya melatih Anda untuk menjadi seorang manajer. Hanya sedikit yang mengajarkan cara menjadi seorang “B”. “B” yang sukses akan mengembangkan sebuah sistem yang bisa berjalan tanpa keterlibatan mereka.

Menurut Robert, ada tiga cara yang bisa membuat Anda mencapai sisi “B” dengan cepat.

1. Cari seorang pembimbing.

Pembimbing adalah seseorang yang sudah melakukan apa yang ingin Anda lakukan… dan berhasil dalam melakukannya. Jangan mencari seorang penasihat. Penasihat adalah seseorang yang memberitahu Anda cara melakukannya, tapi ia sendiri belum pernah melakukannya. Sebagian besar penasihat berada di kuadran “S”. Dunia ini penuh dengan “S” yang mencoba memberitahu Anda cara menjadi “B” atau “I”.

Meski dengan seorang pembimbing dan pengalaman bertahun-tahun, metoda pertama ini sangat memeras tenaga. Menciptakan sistem Anda sendiri membutuhkan banyak upaya coba-coba, biaya legal yang dibayar di muka, dan kertas kerja. Semua ini terjadi bersamaan saat Anda mencoba mengembangkan orang-orang Anda.

2. Usaha Waralaba.

Cara lain mempelajari sistem adalah dengan membeli sebuah usaha waralaba. Dengan membelinya, Anda membeli sebuah sistem yang sudah berjalan dan sudah “dicoba serta terbukti keampuhannya.” Ada banyak bisnis waralaba yang bagus.

Dengan membeli sistem bisnis waralaba, Anda bisa memusatkan perhatian pada upaya mengembangkan orang-orang Anda. Membeli sistem menyingkirkan satu variabel besar saat Anda belajar menjadi seorang “B”. Sayangnya, bisnis waralaba ini, apalagi yang terkenal, biasanya sangat mahal. Alasan banyak bank mau meminjamkan uang kepada sebuah bisnis waralaba, bukan kepada bisnis kecil baru, adalah karena bank tahu pentingnya sistem yang bagus untuk memperkecil resiko mereka.

3. Network Marketing.

Seperti halnya yang dialami bisnis waralaba, sistem hukum pada awalnya berupaya melarang pemasaran jaringan ini. Setiap sistem atau gagasan baru di era ini sering diklasifikasikan sebagai “aneh dan mencurigakan”. Pada awalnya, Robert juga mengira pemasaran jaringan adalah sebuah penipuan. Tapi setelah bertahun-tahun mempelajari berbagai sistem pemasaran jaringan, dan melihat beberapa temannya berhasil dalam tipe “B” ini, Robert berubah pikiran.

Setelah menyingkirkan prasangkanya dan mulai meneliti pemasaran jaringan, Robert menemukan bahwa ada banyak orang yang dengan sungguh-sungguh dan tekun membangun bisnis pemasaran jaringan yang berhasil. Ketika bertemu orang-orang itu, dia melihat dampak bisnis mereka pada kehidupan serta masa depan finansial orang lain. Robert mulai benar-benar menghargai nilai sistem pemasaran jaringan. Dengan biaya pendaftaran yang pantas (sering sekitar $200), orang bisa membeli keanggotaan dan langsung mulai membangun bisnis mereka. Karena kemajuan teknologi, organisasi ini sepenuhnya berjalan secara otomatis. Kepusingan yang ditimbulkan oleh kertas kerja, pemrosesan order, distribusi, akuntansi, dan proses lanjutan, hampir semuanya dikelola oleh sistem perangkat lunak pemasaran jaringan. Distributor baru bisa memusatkan semua upaya membangun bisnis mereka dan bukannya mengkhawatirkan masalah-masalah yang biasanya timbul di tahap awal pendirian sebuah bisnis kecil.

Salah satu teman lama Robert, yang menghasilkan lebih dari satu miliar dolar dalam bisnis real estate pada tahun 1977, baru-baru ini mendaftar sebagai distributor pemasaran jaringan dan mulai membangun bisnisnya. Robert heran melihatnya dengan tekun membangun sebuah bisnis pemasaran jaringan karena jelas ia tidak membutuhkan uangnya. Ketika Robert bertanya alasannya, ia menjelaskan seperti ini:

“Aku sekolah dan belajar menjadi CPA (Certified Public Accountant), dan aku mempunyai gelar MBA di bidang keuangan. Waktu orang menanyakan caraku menjadi sekaya ini, kuceritakan tentang transaksi real real estate jutaan dolar yang kulakukan dan tentang ratusan ribu dolar pemasukan pasif yang kuterima setiap tahun dari bisnis itu. Aku kemudian melihat beberapa mundur atau menjauhkan diri. Kita sama-sama tahu peluang mereka melakukan investasi real estate jutaan dolar seperti aku sangat tipis dan bahkan nol. Selain tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tepat, mereka juga tak mempunyai modal ekstra untuk diinvestasikan. Jadi, aku mulai mencari cara yang bisa membantu mereka mencapai tingkat pemasukan pasif yang sama dengan yang kukembangkan dari real estate… tanpa harus kembali ke sekolah selama enam tahun dan menghabiskan 12 tahun berinvestasi dalam real estate. Saya percaya, pemasaran jaringan memberi orang kesempatan membangun pemasukan pasif yang mereka perlukan ketika mempelajari cara menjadi investor profesional. Itu sebabnya aku menganjurkan pemasaran jaringan kepada mereka. Meski seumpama hanya mempunyai sedikit uang, mereka masih dapat menginvestasikan ‘sweat equity’ selama lima tahun dan memperoleh lebih dari cukup pemasukan pasif untuk mulai melakukan investasi. Dengan mengembangkan bisnis mereka sendiri, mereka mempunyai waktu luang untuk belajar dan mempunyai modal untuk diinvestasikan dalam transaksiku yang lebih besar.”

Setelah melakukan beberapa penelitian, teman saya bergabung dengan sebuah perusahaan pemasaran jaringan dan mulai membangun bisnis pemasaran jaringan dengan orang-orang yang sebelumnya ingin berinvestasi dengannya. Sekarang bisnis pemasaran jaringannya berjalan baik seperti juga bisnis investasinya. Ia mengatakan kepada Robert, “Semula aku melakukannya karena ingin membantu orang-orang mendapat uang untuk diinvestasikan, dan sekarang aku jadi kaya raya dari sebuah bisnis baru.”

BISNIS WARALABA PRIBADI

Itulah sebabnya sekarang Robert menganjurkan orang mempertimbangkan pemasaran jaringan. Membeli bisnis waralaba terkenal sering membutuhkan uang jutaan dolar. Pemasaran jaringan seperti membeli bisnis waralaba pribadi, sering hanya memerlukan kurang dari $200. Banyak pemasaran jaringan membutuhkan kerja keras, tapi keberhasilan di kuadran mana pun merupakan kerja keras. Robert sendiri tidak memperoleh pemasukan sebagai distributor pemasaran jaringan.

Robert merekomendasikan cara menemukan sebuah organisasi yang bagus untuk membantu Anda menyeberang ke sisi kanan Quadrant. Kuncinya bukan terutama pada produknya, melainkan pada pendidikan yang ditawarkan organisasi itu. Ada organisasi pemasaran jaringan yang hanya ingin Anda menjual sistem mereka kepada teman-teman Anda. Dan ada organisasi yang tujuan utamanya adalah mendidik Anda dan membantu Anda berhasil.

Dari penelitiannya terhadap pemasaran jaringan, Robert menemukan dua hal penting yang bisa Anda pelajari dari program mereka yang merupakan unsur penting untuk menjadi seorang “B” yang berhasil:

1. Untuk berhasil, Anda harus belajar menaklukkan rasa takut ditolak, dan berhenti mencemaskan apa yang akan dikatakan orang lain tentang Anda. Sering sekali Robert bertemu orang yang menahan diri hanya karena mengkhawatirkan apa yang akan dikatakan teman-teman mereka jika mereka melakukan sesuatu yang berbeda. Salah satu frasa terbaik yang berulang kali ia katakan kepada dirinya sendiri adalah, “Apa pendapatmu tentang diriku bukanlah urusanku. Yang terpenting adalah apa pendapatku tentang diriku sendiri.” Itulah sebabnya Robert bekerja di bagian penjualan Xerox Corporation selama empat tahun. Bukan karena ia menyukai mesin fotokopi, tetapi karena ia ingin menghilangkan sifat pemalu serta rasa takut ditolak.

2. Belajar memimpin orang. Bekerja dengan berbagai jenis orang yang berbeda adalah hal paling sulit dalam bisnis. Kemampuan untuk cocok dengan orang lain dan mampu memberikan inspirasi kepada mereka adalah ketrampilan yang sangat berharga. Sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari.

Perpindahan dari kuadran kiri ke kuadran kanan bukan terutama tentang apa yang Anda lakukan, tapi terutama tentang siapa diri Anda sekarang. Belajarlah cara menghadapi penolakan, cara tidak terpengaruh oleh pendapat orang tentang diri Anda, dan belajarlah cara memimpin orang, maka Anda akan menemukan kemakmuran. Itu sebabnya Robert mendukung organisasi pemasaran jaringan yang komitmen pertamanya adalah mengembangkan Anda sebagai seorang manusia, bukan terutama sebagai seorang wiraniaga. Robert menyarankan mencari organisasi yang:

1. Merupakan organisasi yang telah terbukti baik dan mempunyai prestasi bagus serta sistem distribusi dan program kompensasi yang sudah sukses selama bertahun-tahun.

2. Mempunyai peluang bisnis yang bisa berhasil Anda jalankan, yang bisa Anda percayai, dan bisa Anda bagi dengan penuh keyakinan kepada orang lain.

3. Mempunyai program pendidikan jangka panjang yang terus berlangsung, yang bertujuan mengembangkan Anda sebagai manusia. Rasa percaya diri mutlak diperlukan di sisi kanan Quadrant.

4. Mempunyai program bimbingan yang kuat. Anda ingin belajar dari para pembimbing, bukan penasihat. Yaitu orang-orang yang sudah menjadi pemimpin di sisi kanan Quadrant dan yang ingin Anda berhasil.

5. Mempunyai orang-orang yang Anda hormati dan sukai.

Jika sebuah organisasi memenuhi kelima kriteria tadi, barulah Anda melihat produknya. Terlalu banyak orang melihat produk dan bukan sistem bisnis serta organisasi yang berada di balik produk itu. Jika ingin menjadi wiraniaga, seorang “S”, maka produk adalah yang terpenting. Tapi jika ingin berkembang menjadi seorang “B” jangka panjang, sistem, pendidikan seumur hidup, dan orang-orangnya lebih penting.

Salah satu teman dan rekan Robert yang mempunyai pengetahuan dalam industri ini mengingatkan tentang nilai waktu, salah satu aset kita yang paling berharga. Sukses sejati bisa dicapai dalam perusahaan pemasaran jaringan ketika komitmen Anda terhadap waktu dan kerja keras dalam jangka pendek menghasilkan pemasukan pasif jangka panjang dalam jumlah besar. Setelah berhasil membangun organisasi yang kuat di bawah Anda, Anda bisa berhenti bekerja dan pemasukan akan terus mengalir dari operasi organisasi yang telah Anda bangun. Namun, kunci terpenting mencapai keberhasilan dengan pemasaran jaringan tetaplah komitmen jangka panjang dari pihak Anda, seperti juga dari pihak organisasi, untuk membentuk Anda menjadi pemimpin bisnis yang Anda inginkan.

SISTEM ADALAH JEMBATAN MENUJU KEBEBASAN

Sampai beberapa tahun lalu, peluang seseorang untuk berhasil dalam kuadran “B” hanya ada bagi mereka yang berani dan kaya. Robert dan Kim pasti tergolong berani karena mereka tidak kaya. Alasan begitu banyak orang terjebak di sisi kiri Quadrant adalah karena mereka merasa resiko mengembangkan sistem mereka sendiri terlalu besar. Bagi mereka, lebih cerdik bila mereka tetap berada dalam posisi aman dan terjamin dengan mempunyai sebuah pekerjaan.

Sekarang, terutama karena perkembangan teknologi, resiko menjadi pemilik bisnis yang berhasil telah jauh berkurang… dan peluang memiliki sistem bisnis sendiri tersedia bagi semua orang.

Bisnis waralaba dan pemasaran jaringan menyingkirkan bagian sulit pengembangan sistem sendiri. Anda tinggal membeli hak sebuah sistem yang sudah terbukti keampuhannya, dan kemudian tugas Anda hanyalah mengembangkan orang-orang Anda.

Umpamakan sistem bisnis ini sebagai jembatan. Jembatan yang akan memberikan jalan bagi Anda supaya bisa menyeberang dengan aman dari sisi kiri CASHFLOW Quadrant ke sisi kanan… jembatan Anda menuju kebebasan finansial.








Alasan saya memperkenalkan Anda dengan CASHFLOW Quadrant adalah untuk memberi Anda sedikit pandangan tentang siapa diri Anda, apa minat Anda, dan pribadi seperti apa yang akhirnya ingin Anda capai. Saya mempunyai keyakinan bahwa semua orang bisa menemukan jalan mereka masing-masing menuju jalur cepat finansial, tak peduli dari kuadran mana mereka beroperasi. Namun pada akhirnya Andalah yang harus menemukan jalan Anda sendiri.

Ingatlah: “Tugas bos Anda adalah memberi Anda pekerjaan. Tugas Andalah untuk membuat diri Anda sendiri kaya.”

Apakah Anda siap untuk berhenti mengangkut ember air dan mulai membangun saluran pipa yang mengalirkan uang untuk menopang kehidupan Anda, keluarga Anda, dan gaya hidup Anda?

Apapun yang Anda putuskan, ingatlah ini. Kebebasan finansial memang bebas, tapi tidak murah. Kebebasan mempunyai harga… dan bagi saya hal itu sepadan dengan harganya. Rahasia besarnya adalah ini: Untuk menjadi bebas secara finansial tidak dibutuhkan uang maupun pendidikan formal yang tinggi. Juga tidak perlu beresiko. Sebaliknya, harga kebebasan diukur dengan impian, hasrat, dan kemampuan menanggulangi kekecewaan yang kita alami saat berupaya meraihnya. Apakah Anda rela membayar harganya?

Saya sudah bertemu dengan orang-orang yang mau membayar harganya, dan orang-orang yang tidak. Yang terakhir ini terpaksa membayar harga yang lain.

Mengurus bisnis Anda sendiri mungkin akan terasa sulit dan kadang membingungkan, khususnya pada awalnya. Ada banyak yang harus dipelajari, tak peduli berapa banyak pengetahuan Anda. Ini adalah proses seumur hidup. Tapi kabar baiknya adalah, bagian tersulit proses ini terletak di bagian awal. Begitu Anda membuat komitmen, hidup benar-benar menjadi semakin mudah. Mengurus bisnis Anda sendiri tidak sulit dilakukan. Yang diperlukan hanyalah akal sehat.

Robert T. Kiyosaki